Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Gandrung

Oleh: KH A Mustofa Bisri o, damaiku, o resahku o teduhku, o terikku o gelisahku, o tentramku o, penghiburku, o fitnahku o harapanku, o cemasku o tiraniku, selama ini aku telah menghabiskan umurku untuk entah apa. di manakah kau ketika itu, o, kekasih ? mengapa kau tunggu hingga aku lelah tak sanggup lagi lebih keras mengetuk pintumu menanggung maha cintamu ? benarkah kau datang kepadaku o, rinduku, benarkah ?

Bagaimana?

Oleh: KH A Mustofa Bisri Bagaimana kau hendak menulis puisi dengan apa? Huruf-huruf dan kata-kata telah aus Digunakan terus menerus Oleh tikus-tikus yang rakus Meruapkan bau kakus Bagaimana kau hendak menulis dengan apa? Orang-orang tak bersukma Yang nuraninya matirasa Terus menerus mempergunkannya Untuk menyembunyikan borok mereka Bertapa sajalah Seperti rumput Bersama rumput Siapa tahu esok pagi Burung-burung bersedia lagi Mengajari menyanyi Sementara kalian berbagi Embun pagi

IBU

Ibu Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu  sekian lama Kaulah kawah darimana aku meluncur dengan perkasa Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku  melepas lelah dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam mata air yang tak brenti mengalir  membasahi dahagaku  telaga tempatku bermain berenang dan menyelam Kaulah, ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku  mencari jejak sorga di telapak kakimu (Tuhan, aku bersaksi ibuku telah melaksanakan amanat-Mu menyampaikan kasih sayangMu maka kasihilah ibuku seperti Kau mengasihi kekasih-kekasihMu Amin) Oleh: KH A Mustofa Bisri